Sebermula ada saudagar di negara Ajam. Khojan
Mubarok namanya,terlalu amat kaya,akan tetapi ia tiada beranak.tak seberapa
lama setelah ia berdoa kepada Tuhan,maka saudagar Mubarok pun beranaklah
istrinya seorang anak laki-laki yang di beri nama Khojan Maimun.
Setelah umurnya Khojkan maimun lima tahun, maka
di serahkan oleh bapaknya mengaji kepada banyak guru sehingga sampai umur
Khojan Maimun lima belas tahun,ia di pinangkan dengan anak saudagar yang kaya, amat
elok parasnya, namanya Bibi Zainab. Hatta beberapa lamanya khojan Maimun
beristri itu,ia membeli seekor burung bayan jantan. Maka beberapa di antara itu
ia juga membeli seekor tiung betina, lalu di bawanya ke rumah dan di taruhnya
hampir sangkaran bayan juga.
Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan
perniagaan di laut, lalu minta izinlah dia kepada istrinya. Sebelum dia pergi
,berpesanlah dia pada istrinya itu,jika ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah
dengan dua ekor unggas itu, hubaya-hubaya jangan tiada , karena fitnah di dunia
amat besar lagi tajam dari pada senjata.
Hatta beberapa lama di tinggal suaminya, ada
anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok. Berkencanlah
mereka unyuk bertemu melalui seorang perempuan tua. Maka pada suatu malam, pamitlah
Bibi Zainab kepada burung tiung itu hendak menemui anak raja itu, maka
bernasehatkah di tentang perbuatanya yang melanggar aturan Allah SWT. Maka
marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan
dihempaskannya sampai mati.
Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan
bayan yang sedang berpura2 tidur. Maka bayan pun berpura2 terkejut dan
mendengar kehendak hati Bibi Zainab pergi mendapatkan anak raja. Maka bayan pun
berpikir bila ia menjawab seperti tiung maka ia juga akan binasa. Setelah ia
sudah berpikir demikian itu,mak ujarnya, “Aduhai Siti yang baik paras, pergilah
dengan segeranya mendapatkan anak raja itu. Apapun hamba ini haraplah tuan, jikalau
jahat sekalipun pekerjaan tuan, Insya Allah di atas kepala hambalah menanggungnya.”
Baiklah tuan pergi, karena sudah di nanti anak raja itu. Apatah di cara oleh
segala manusia di dunia ini selain martabat, kesabaran, dan kekayaan? Adapun
akan hamba, tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut
bulunya oleh tuannya seorang istri saudagar.
Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun
untuk mendengarkan cerita tersebut. Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi
Zainab dengan maksud agar ia dapat memperlalaikan perempuan itu.
Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu
ingin mendapatkan anak raja itu,dan setiap berpamitan dengan bayan, maka di
berilah ia cerita2 hingga sampai 24 kisah dan 24 malam burung tersebut
bercerita,hingga akhirny lah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatanya dan
menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya.
No comments:
Post a Comment